Thursday, April 3, 2008

Tiang Listrik dan "Tiang Jaler" (Permainan Bahasa)




Di saat menjadi santri kelas 1 (satu), kira-kira tahun 2000-2001, kami berada di pelajaran Fiqih Ibadah. Teman-teman kami mulai ngantuk karena godaan tertentu. Kenapa mengantuk, godaan itu sangat sulit untuk dijelaskan. Tapi, fakta itu terus ada. Mungkin, ngantuknya itu disebabkan alasan normatif.

Untuk membangkitkan suasana, Ustadz pembimbing mengajukan pertanyaan ke santri-santri. Beliau berkata "Apa bedanya Tiang Listrik dengan Tiang Jaler?". Kemudian, semua santri-baru yang lugu-lugu itu tidak bisa menjawab.

Bagi santri-baru, hal ini sulit untuk dijawab dan dimengerti. Terutama, santri-santri yang memakai bahasa di luar Bahasa Jawa.

"Sudah, tidak tahu"; "bener tidak tahu" begitu lanjut Ustadz. Santri menjawab "tidak tahu, Pak". Kemudian, sang Ustadz menjawabnya sendiri, "Bedanya Tiang listrik dengan Tiang Jaler adalah, kalo tiang listrik itu madangi. Tapi, kalo tiang jaler itu metengi."

Kontan saja, santri-santri dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah bangun dari kengantukan. Mereka sebagian tertawa-tawa, ada yang terbahak-bahak, dan senyum-senyum manis. Plus, ato ditambah lagi, melalui suara serak-serak becek. He he he he ....

Singkatnya, bila di terjemahin ke dalam Bahasa Indonesia
• Kata Jawa "Tiang Jaler" = Laki-laki dewasa.
• Kata Jawa "madangi" = kata Indonesia 'menerangi'.
• Kata Jawa "metengi" = kata Indonesia 'menghamili'.

Boleh diulang :
Apa bedanya 'Tiang Listrik' dengan "Tiang Jaler"? Jawabnya, Kalo Tiang Listrik, Madangi. Tapi, Kalo Tiang Jaler, Metengi.

Sekali lagi diulang:
Apa bedanya 'Tiang Listrik' dengan "Tiang Jaler"? Jawabnya.... He...He...He...

Fenomena ini sangat menarik bagi kami. Orang pesantren, memang, adalah kebanyakan Ahli Bahasa. Seringkali, mereka memanfaatkan bahasa untuk guyon. Seperti yang telah kita lihat, secara singkat, mereka memakai antonim Kata Jawa "Madangi" dan "Metengi" yang dihubungkan dengan makna-bahasa Indonesia.
Kenapa santri tertawa? Bukankah, jawaban itu benar? Kenapa sesuatu yang benar ditertawakan? Melalui Konsep Homofon .... Bla bla bla .....A.... Sudahlah, pertanyaan terakhir tidak digubris juga tidak apa-apa. Mungkin, lain kali di ANALISIS, Ok. He he he he ...33X

Jam pelajaran siapa ini? (ekspresi-perintah atau 'amr melalui gerakan tubuh)

Suatu hari, di PESMA, seorang guru ushul-fiqih marah karena melihat santri-santrinya tidak masuk kelas. Sebagian besar santri duduk di luar kelas dan sebagian kecil di dalam kelas.

Sang guru, kemudian, mendatangi santri-santri yang ada di luar melalui raut muka yang muram, dan berkata secara keras, "kenapa kalian tidak masuk ?!! Apa yang kalian tunggu ! Waktu pelajaran siapa ini ??!!
Dengan serentak, seluruh santri kelas menjawab secara bersamaan, "kami sekarang menunggu Bapak. Sekarang ini kan, waktunya pelajaran bapak, pelajaran ushul-fiqih."

Kemudian, sang guru tertegun. Beliau baru ingat bahwa saat itu adalah waktu jam mengajarnya. Lalu sang guru berkata "Lho, masak iya, saya kira kalian sedang bersifat nakal dan ingin membolos." Selanjutnya, sang guru menunjukkan isyarat perintah melalui gerakan tangan, dan berkata: "Ya sudah kalo gitu, ayo semuanya masuk." Tidak lama kemudian, guru dan santri-santri tersebut masuk ke dalam kelas.

Meskipun begitu, guru ushul-fiqh tercintaku itu takkan pernah kulupakan. Terima kasih, atas bibit ushul-fiqih yang terus akan berkembang dan kukembangkan dalam jiwaku.